Mbah Duniyah: Wali Mantenan dan Keunikan Pasar Gerit Cluwak Pati

Tokoh446 Dilihat

santrisarungan.com – Di wilayah Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terdapat sosok wali perempuan yang sangat dihormati, yakni Mbah Duniyah, atau yang lebih akrab disapa Mbah Duni. Beliau dikenal sebagai “wali mantenan,” yakni seorang wali yang diyakini memiliki karamah dalam urusan pernikahan dan perjodohan.

Keistimewaan Mbah Duniyah dalam Tradisi Pernikahan

Mbah Duniyah tidak hanya dikenal di Tayu, tetapi juga di wilayah sekitarnya seperti Dukuhseti, Margoyoso, hingga ke Jepara. Berdasarkan keterangan Ngalimun, seorang sarkub sekaligus Ketua Yayasan Jamaah Pasrah Pati, masyarakat di masa lalu bahkan merasa enggan untuk melangsungkan pernikahan atau resepsi tanpa terlebih dahulu berziarah ke makam Mbah Duniyah di Tayu Wetan.

Banyak juga yang datang ke petilasan beliau untuk bertawasul, terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam menemukan jodoh. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama, menjadikan makam Mbah Duniyah sebagai tempat yang kerap dikunjungi para peziarah.

Tradisi Salawat Burdah Senin Pahing

Sebagai bentuk penghormatan kepada Mbah Duniyah, masyarakat Desa Tayu Wetan rutin menggelar tradisi Salawat Burdah setiap Senin Pahing. Tradisi ini diyakini berkaitan dengan hari wafatnya Mbah Duniyah dan dilaksanakan di makam beliau. Selain sebagai bentuk doa dan penghormatan, tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat sekitar.

Keunikan Pasar Gerit di Cluwak

Keberkahan dan jejak spiritual Mbah Duniyah juga dapat ditemukan di Pasar Gerit, yang terletak di Desa Gerit, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati. Desa ini berada di lereng Gunung Muria dan berdekatan dengan Pantai Benteng Portugis.

Pasar Gerit memiliki keunikan tersendiri karena hanya buka pada hari-hari tertentu, terutama Senin Pahing dan Minggu Legi. Pasar ini terkenal dengan berbagai makanan tradisional khas daerah Pati, seperti kue kucur, gethuk, dawet, singkong, kedelai, hawuk-hawuk, dan serabi.

Konon, asal-usul pasar ini berkaitan dengan perjalanan Mbah Duniyah di masa lalu. Saat itu, beliau beristirahat di daerah yang kini menjadi lokasi pasar. Setelah menyantap bekalnya, beliau meninggalkan sisa-sisa makanan dan secara spontan mengucapkan, “Laraanku kok kececeran nok kene kabeh koyo pasar” (Sisa makananku tercecer di sini seperti pasar). Tak lama setelah kejadian itu, tempat tersebut mulai ramai dengan orang yang berjualan hingga akhirnya berkembang menjadi Pasar Gerit yang masih eksis hingga sekarang.

Pasar ini juga memiliki keunikan lain, yakni dipercayai oleh masyarakat sebagai tempat yang membawa berkah. Bagi mereka yang sedang sakit atau mengalami kesulitan, disarankan untuk membeli jajanan dari pasar ini sebagai bagian dari usaha mencari kesembuhan.

Perpaduan Tradisi dan Spiritualitas

Kehadiran Mbah Duniyah dalam sejarah dan budaya masyarakat Pati menjadi bukti bahwa sosok beliau sangat dihormati dan dipercaya memiliki keistimewaan tertentu. Makam beliau di Tayu Wetan tetap menjadi tempat ziarah, sementara Pasar Gerit di Cluwak terus berkembang sebagai bagian dari warisan budaya yang masih lestari hingga saat ini.

Bagi siapa pun yang tertarik untuk menyaksikan langsung tradisi unik ini, berziarah ke makam Mbah Duniyah serta mengunjungi Pasar Gerit dapat menjadi pengalaman spiritual dan budaya yang tak terlupakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *